
Tapi, modal keartisan saja rupanya tidak bisa menjamin seseorang bisa memperoleh kursi di Senayan. Sebuah grafik yang dipaparkan oleh Pol-Tracking di Hotel Ibis Tamarin, KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, menunjukkan bahwa caleg yang memiliki latar belakang politis atau pengurus partai lebih mampu meraup suara 50 persen.
Sementara, caleg baru dan muda diminati oleh pemilih sebesar 48 persen. Namun, caleg dengan latar belakang artis yang cenderung lebih populer dibanding latar belakang lainnya hanya diminati pemilih sebanyak 16 persen. Mengapa?
"Caleg dengan latar belakang artis mulai kurang diminati oleh masyarakat, terlebih mereka yang tidak memiliki jejak rekam di dunia politik," ungkap Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda, Minggu (26/1/2014). Selain Hanta, hadir juga politisi Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin, Charles Honoris (PDIP), Charles Bonar Sirait (Golkar) dan Aryo Djojohadikusumo (Gerindra).
Survei dilakukan pada 16-23 Desember 2013 dengan metode wawancara. Pengambilan data dilakukan secara serentak dan nasional di 33 provinsi. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.200 responden.
Meski demikian, Hanta tidak menampik bila sebanyak 69 persen pemilih ternyata lebih mempertimbangkan figur caleg dibandingkan partai yang mengusungnya. Dengan kata lain, caleg menjadi ujung tombak dalam perolehan suara partai baik dalam skala daerah maupun nasional.
Oleh karenanya, figur caleg menjadi preferensi penting. Di mana, jika caleg yang ditawarkan partai kurang dikenal atau kurang menarik bagi publik maka pemilih berpotensi akan mengalihkan suaranya ke partainya saja
Posting Komentar