DRADIOQU

PROFILE SANG JENDERAL


PROFILE SANG JENDERAL

Endriartono Sutarto

Nama Lengkap:
Endriartono Sutarto
Tempat, Tgl. Lahir:
Purworedjo, 29 April 1947
Agama:
Islam
Jabatan:
Mantan Panglima TNI
Pendidikan:
  • SMA Negeri 2 Bandung
  • Akabri (1971)
  • Sarjana Sekolah Tinggi Hukum Militer
Peserta Dari Konvensi Partai Demokrat ini merupakan  salah satu dari ke sebelas calon bakal mengikuti Capres dari partainya .Jend.TNI ( Purn ) Endriartono Sutarto ,dulu pernah menjadi bagian dari zaman orde baru namun setelah bergulirnya masa reformasi,maka mantan jenderal bintang lima ini ingin lebih terlibat dalam dunia politik .

Dalam jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia, nama Endriartono Sutarto muncul sebagai salah satu tokoh calon presiden alternatif menurut para pemuka pendapat di Indonesia.
Nama mantan panglima TNI ini barangkali memang tak terlalu dikenal masyarakat luas. Tapi sebenarnya rekam jejak Tarto – demikian ia lazim dipanggil – mengesankan.

Ia dikenal sebagai jenderal yang punya integritas. Ia pernah menjadi Komisaris Utama Pertamina, tapi setahun kemudian mengundurkan diri setelah merasa para pengelola BUMN itu lebih mementingkan laba perusahaan dan gaji mereka ketimbang penderitaan masyarakat.

Peraih Satya Lencana PBB/UNEF-1 ini juga dikenal gigih terlibat dalam pemberantasan korupsi. Ia pernah menjadi ketua tim analisis dan advokasi KPK dan salah satu penasihat tim kuasa hukum Bibit-Chandra. Baginya, korupsi adalah extraordinary crime, yang hukumannya juga mesti extraordinary.

Agustus lalu, para pendukungnya sudah mencanangkan gerakan mendukung Endriartono sebagai presiden. Mungkin terkait dengan itu, sebulan kemudian Endriartono secara resmi menyatakan bergabung dengan partai baru Nasional Demokrat.

Untuk lebih memahami gagasan-gagasan Endriartono, redaksi Indonesia 2014 secara khusus mewawancarainya. Berikut hasil percakapan dengannya

DradioquDOTcom: Dalam survei LSI nama Anda tercantum sebagai salah satu tokoh yang dianggap berpotensi menjadi calon Presiden 2014. Komentar Anda?

ES: LSI  melakukan survei hanya kepada opinion leader: cendekiawan, profesor, doktor, termasuk para jenderal. Jadi buat saya sendiri, survei LSI itu bukan pendapat mayoritas rakyat. Sejak tahun 2006 saat saya pensiun dari TNI, saya sudah lama tak muncul di publik

Saya rasa mereka yang menilai saya dalam survei LSI adalah para senior yang barangkali  masih mengenal kiprah saya di militer sebagai Kasad, Panglima.

Tapi masyarakat umum, katakanlah mahasiswa yang pada  2006 – ketika saya masih punya jabatan publik dan diliput media  – masih SD/SMP, rasanya sih tidak mengenal saya.

Saya kan banyak diminta untuk memberikan ceramah, kuliah umum, kuliah tamu di beberapa perguruan tinggi. Rata-rata mahasiswa tidak kenal siapa saya. Kalau pun ada yang tahu itu sangat sedikit sekali.

DradioquDOTcom :  Dengan kenyataan itu, apakah Anda tetap berniat menjadi capres?

ES : Setelah saya lihat survei LSI itu, kalau kemudian itu betul, ini adalah suatu kepercayaan pada saya. Walaupun belum merupakan opini mayoritas masyarakat, tapi dengan masuknya saya dalam radar survei LSI barangkali itu bisa meningkatkan perhatian masyarakat untuk lebih banyak tahu.

DradioquDOTcom : Bagaimanapun, tak bisa dipungkiri, ada banyak pihak yang menganggap Anda  adalah salah satu calon ideal. Kalau pada akhirnya, Anda benarbenar menjadi salah satu calon presiden, apa gagasan Anda tentang tantangan presiden di era 2014-2019?

ES: Banyak sekali tantangannya.
Kondisi riil bangsa kita sekarang ini masih jauh sekali sebetulnya dari cita-cita kemerdekaan. Kita bisa berbangga dengan pertumbuhan perekonomian kita pada posisi 6,3 persen dan tahun ini (2012) diharapkan minimal mencapai 6,5 persen. Tidak buruk. Tapi pertumbuhan itu ternyata masih belum cukup menyerap tenaga kerja. Masih ribuan pekerja berbondongbondong ke luar negeri untuk menjadi pembantu rumah tangga (PRT).
Mereka ke luar negeri lebih karena di sini kita tidak cukup dapat membuka lapangan pekerjaan. Bangsa kita di sana bekerja sebagai PRT, buruh-buruh kasar atau pemetik kelapa sawit atau tukang batu di proyek pembangunan. Setiap hari banyak di antara mereka yang diperkosa, dianiaya, dilecehkan. Di Saudi PRT kita dihukum pancung, diperkosa, dibunuh dan dibuang ke tong sampah.
Pada turnamen sepakbola AFF di Malaysia  kemarin, saat kita kalah, ada orang Indonesia yang menyaksikan langsung bilang bahwa orang Malaysia yang duduk di sebelahnya nyeletuk: “Manalah boleh pelayan mengalahkan majikannya.” Ini kan menyakitkan.
Di sisi lain, survei internasional mengatakan bahwa Indonesia itu merupakan negara yang paling cepat menelorkan orang-orang terkaya di dunia. Saya tidak bangga. Kalau jumlah orang terkaya di dunia yang ada di Indonesia meningkat sementara kita masih mempunyai puluhan juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, ini menunjukkan jurang antara orang yang terkaya dengan orang hidup di bawah garis kemiskinan itu makin hari kian jauh.
Kita seharusnya jauh lebih bangga kalau kita tidak punya orang terkaya di dunia, tapi kita juga tidak mempunyai orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Seharusnya tidak boleh di suatu negara terjadi suatu disparitas setinggi itu. Bukan berarti orang tidak boleh kaya. Silahkan jadi kaya, tetapi negara wajib menyejahterakan rakyatnya. Kesejahteraan itu harusnya tidak dinikmati oleh kelompok tertentu, tapi oleh seluruhnya.
Ini menunjukkan adanya kebijakan yang tidak sehat. Seharusnya kita malu. Seperti amanat UUD yang menjadi tujuan dari kemerdekaan, negara harusnya menyejahterakan seluruh rakyatnya. Realitanya, yang menikmati hanya segelintir orang.
 
Copyright © 2013. DRADIOQU.COM - All Rights Reserved
Design by Gusti Putu Adnyana Powered by idblogsite.com