Jakarta - Pelayanan bandara tidak lepas dari keterikatan institusi hingga pelaku usaha. Sedikit saja persoalan yang ditimbulkan bisa memperburuk citra bandara. Seperti ketika turis asing tiba di bandara kemudian disambut dengan tidak ramah oleh petugas Imigrasi. Ketika keluar bandara pun memperoleh pengalaman buruk saat memperoleh taksi di area bandara.
“Anda kecewa kalau begitu datang di bandara nyari taksi susah atau nyari taksi ditipu. Jadi itu kan pengalaman yang buruk. Misalnya tamu asing datang antrinya lama. Petugas imigrasinya nggak senyum. Itu berpengaruh ke nama bandara,” ucap Direktur Utama PT Angkasa Pura I (AP I) Tommy Soetomo saat berbincang dengan detikFinance di Kantor Pusat AP I, Kemayoran Jakarta, Kamis (24/10/2013).
AP I sendiri merupakan operator bandara komersial pelat merah. Diakui Tommy, banyak pihak yang terlibat di dalam pemberian pelayanan bandara.
Ia mencontohkan keberhasilan operator Bandara Incheon Korea Selatan menggandeng semua instansi dan pelaku usaha di bandara. Akhirnya Incheon dinobatkan sebagai bandara terbaik dunia tahun 2013.
“Pada saat Incheon dapat nomor 1 di dunia begitu dirut dipanggil ke depan di Singapore. Yang dipanggil ke depan itu teman-teman imigrasi, bea cukai, karantina dan instansi terkait. Mustahil dia bisa jadi nomor 1 kalau imigrasinya nggak benar, bea cukainya nggak benar, taksinya nggak benar. Pelayanan hotel di airport nggak benar. Orang tahunya airport,” jelasnya.
Untuk mensinergikan pelayanan, AP I sebagai operator 13 bandara komersial pun secara aktif menggandeng stakeholder di area bandara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kepuasan pengguna jasa bandara. Di samping menggandeng lembaga internasional untuk menilai pelayanan.
“Supaya waktu mengantre misalnya kejelasan lama bagasi diklaim, terus kemudahan transport dari atau menuju ke bandara. Itu bukan urusan kita tapi menjadi nilai,” sebutnya.
Berikut ini 13 bandara yang dikelola oleh AP I, yakni: Ngurah Rai Bali, Juanda Surabaya, Sultan Hasanuddin Makassar, Sepinggan Balikpapan, Frans Kaisepo Biak, Sam Ratulangi Manado, Adisutjipto Yogyakarta, Adisumarmo Solo, Syamsudin Noor Banjarmasin, Achmad Yani Semarang, Lombok, Pattimura Ambon, El Tari Kupang.
Posting Komentar