Nama Bandara Tjililitan dikenal dunia setelah pesawat milik maskapai
Belanda KLM melakukan penerbangan lintas benua. Dengan pesawat Fokker F.VII, KLM
menempuh perjalanan udara dari Belanda menuju Batavia. Totalnya 14.500 km dan
ditempuh dalam waktu 10 hari.
Keberadaan bandara ini tidak lepas dari kepentingan militer.
Wajar saja mengingat tujuan awal pembangunan bandara ini memang diperuntukkan
bagi angkatan udara. Sementara untuk kebutuhan penerbangan komersial atau sipil
diarahkan ke Bandara Kemayoran.
Sesuai hasil konferensi Meja Bundar di Den Haag antara
Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda pada 23 Agustus 1949, pangkalan
udara Cililitan diserahkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Penyerahan secara resmi antara otoritas militer kedua negara terjadi pada 20
Juni 1950 di depan Base Operation Pangkalan Udara Cililitan. Nama Bandar Udara
Cililitan diubah menjadi Halim Perdanakusuma.
Halim Perdanakusuma semakin dikembangkan khusus buat
kepentingan militer. Pelbagai fasilitas militer kembali dibangun. Landasan pacu
Halim didesain mampu menampung pesawat berukuran besar, termasuk Hercules. Saat
Presiden Soeharto berkuasa, Halim dipugar. Fungsinya bertambah, selain dipakai
untuk kepentingan militer, bandara ini juga difungsikan untuk menerima tamu
negara, sekaligus melayani penerbangan pribadi. PT Angkasa Pura II, ditugaskan
mengurus aspek penerbangan sipil di Halim.
Bandara Halim Perdanakusuma yang kini menginjak usia 90
tahun menjadi saksi bisu panjangnya daftar tokoh-tokoh besar dunia dan tamu
negara yang berkunjung ke Indonesia baik untuk kepentingan politik, bisnis
maupun diplomasi. Belakangan tidak hanya tamu negara yang mendarat di Halim,
grup band legendaris Metallica sampai seniman lapangan hijau dari klub-klub
ternama Eropa pun pernah menginjakkan kaki di Bandara Halim.
Posting Komentar