
"Ini yang kita harapkan dari pemerintah agar mendukung
pengusaha lokal agar mereka bisa bersaing dengan musuh-musuh mereka di ASEAN.
Tapi sekarang mereka harus berhadapan dengan usaha BUMN yang membuka usaha
logistik. Itu sekarang kondisinya kalau menurut saya tidak fair," ujar
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita di Jakarta, Jumat
(10/1).
Kunci utama mendukung sistem logistik nasional terletak pada
sisi infrastruktur. Pengusaha sektor logistik menyayangkan, selama 5 tahun
terakhir pembangunan infrastruktur logistik tak serius dilakukan.
"Kita tambal sulam yang ada saja. Kalau kita lihat kan
double track itu makan waktu sampai 20 tahun lebih sampai sekarang belum
selesai. Sementara kalau kita lihat gap dia untuk membangun jalan tol 1.000 Km
dia makan cuma waktu 8 bulan," jelasnya.
Zaldy menyebutkan ada 3 hal yang perlu dilakukan pemerintah
untuk mendorong daya saing pengusaha logistik. Pertama soal SDM. Pengusaha
lokal perlu meningkatkan SDM-nya.
Kedua, terkait insentif fiskal dari pemerintah maupun
pendanaan dari perbankan. Dia mencontohkan perusahaan logistik dari Singapura
dan Malaysia yang mampu terus melakukan investasi di Indonesia karena
menggunakan pinjaman dari Bank Singapura yang bunganya hanya 1,5 persen.
Sedangkan, pengusaha lokal dibebankan bunga pinjaman 11 persen.
"Dan yang ketiga, infrastruktur. Itu yang kita lihat
belum bisa dapat semua itu. Pengusaha-pengusaha lokal kita juga susah bersaing
dengan luar," ucapnya.
Mau tidak mau, pemerintah harus prioritaskan pembenahan
infrastruktur. Selama ini dia melihat pemerintah tidak mengimplementasikan
prioritas yang seharusnya dilakukan.
"Pelabuhan tersendat-sendat pembangunannya. Tidak ada
prioritas dari pemerintah apa angkutan laut, darat atau Kereta api. Maunya
semuanya dikerjakan tapi uangnya tidak. Maunya pemerintah buat prioritas dan
harus dikerjakan," tegasnya.
Posting Komentar